[CIFOR Homepage]

[List of Publications]

[Annual Report]

[Daftar isi laporan tahunan 1998]

 

FOKUS UTAMA CIFOR 1998


 

Peringatan Hari Jadi Cifor yang ke-5 pada bulan Mei 1993. Saat ini, kantor pusat telah menempati kompleks barunya yang berlokasi di Bogor dengan didukung oleh kurang lebih 40 orang tenaga peneliti internasional dan lebih dari 70 tenaga nasional. Bangunan serta lingkungan perkantoran ini merupakan sumbangan dari pemerintah Indonesia.  

Sebuah buku yang dianggap provokatif, Model Ekonomi Deforestasi di daerah Tropis: Sebuah Kajian (Economic Models of Tropical Deforestation: A Review), banyak menarik kalangan luas dengan kesimpulannya yang mengundang banyak pertanyaan tentang sejumlah metodologi dan lebih dari 150 buah hasil model ekonomi deforestasi. Pengarang buku ini menjelaskan bahwa penemuan tersebut sebaiknya dianggap secara skeptis karena kualitas data yang kurang memadai serta lemahnya metodologi yang digunakan, dan selanjutnya menghimbau kepada peneliti lainya khususnya di bidang yang sama untuk melakukan pendekatan baru dalam kegiatan penelitiannya di masa mendatang.

 

CIFOR ikut berperan serta dalam menyusun Agenda global di bidang penelitian kehutanan pada pertemuan konsultasi tingkat international di Austria, dimana para panel pakar mengajukan suatu gagasan dalam rangka memperbaiki kerjasama dibidang informasi dan ilmu pengetahuan kehutanan. Pertemuan yang dikenal dengan ICRIS ini merupakan acara "intersessional" dari Intergovernmental Forum on Forest (IFF) yang disponsori oleh pemerintah Austria dan Indonesia.

CIFOR telah meliwati masa evaluasi pertamanya menyangkut Pengelolaan dan Program Eksternal, sebagai salah satu mandat yang di persyaratkan oleh CGIAR. Delapan anggota panel pemeriksa memberikan komentar terhadap upaya keras serta kemajuan pesat yang dicapai CIFOR dalam semua bidang kegiatannya, dan memberikan catatan khususnya bahwa pusat penelitian ini telah berhasil mencapai reputasi yang patut dibanggakan sebagai sumber informasi ilmiah.
 

Menteri Kehutanan dan Perkebunan Indonesia yang baru, Dr. Muslimin Nasution, masuk dalam jajaran Board of Trustee (BOT) atau Badan Pengawas CIFOR selaku perwakilan pemerintah. Beliau dalam kunjungan resminya yang pertama di CIFOR memberikan pengarahan tentang isu pokok penelitian di hutan tropis. Selanjutnya dalam sebuah pertemuan yang diadakan CIFOR dengan topik "Hutan dan Masyarakat" beliau juga menekankan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam setiap kegiatan pengelolaan hutan

Salah satu kegiatan yang didanai CIFOR yaitu Studi tentang dinamika sektor bambu di China ("Study on the dynamic of China’s bamboo sector") dinominasikan untuk memperoleh penghargaan Chairman’s CGIAR dalam bidang Penelitian Kerjasama. Studi ini, yang berkerjasama dengan lembaga penelitian terkemuka di China, menyangkal anggapan konvensional tentang bambu yang dianggap sebagai kayu untuk orang-orang miskin, dan sebaliknya menyatakan bahwa bambu merupakan bahan yang dapat dijadikan tumpuan harapan bagi pengembangan masyarakat pedesaan, sumber pendapatan dan rehabilitasi lahan-lahan kurang produktif.
 

Cifor menerbitkan "Sebuah telaah tentang Dipterocarpaceae: Taksonomi, Ekologi dan Silvikultur" (A Review of Dipterocarps: Taxonomy, Ecology and Silviculture), buku yang berisi kajian tentang salah satu jenis kayu tropis komersial penting yang terkenal. Buku ini memuat ulasan yang berhasil dirangkum oleh 13 orang tenaga ahli internasional menyangkut hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan selama lebih dari 150 tahun

Dalam kerjasamanya dengan salah sebuah proyek penelitian di Madagaskar, CIFOR merumuskan suatu konsep "Pengelolaan Bersama secara Adaptif" (program baru yang dikenal sebagai Adaptive Co-Management). Pada akhir tahun, usulan ini disetujui oleh Badan Pengawas dan akan digabungkan dengan proyek lainnya yang sudah ada di CIFOR untuk mengembangkan program C&I serta upaya memperbaiki kehidupan masyarat di sekitar hutan. Kegiatan di Madagaskar yang berkaitan dengan upaya penelitian secara menyeluruh dalam rangka memperkokoh pengawasan hutan oleh masyarakat, menawarkan suatu kerangka kerja untuk mengembangkan rencana yang lebih fleksibel dalam proses pengelolaan sumber daya alam menggunakan alat temuan baru seperti "participatory mapping" (pemetaan pola keikutsertaan).
 

Pekerjaan lapangan yang mencakup kegiatan penelitian secara luas diadakan di Wanariset Bulungan atau Bulungan Research Forest di Kalimantan Timur, lokasi yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai sarana untuk melakukan kegiatan penelitian yang diharapkan dapat mendukung pengelolaan hutan yang lestari. Dengan ditunjukkan direktur baru untuk memimpin proyek tersebut maka diharapkan pada akhir tahun ini sudah ada sekitar 30 orang peneliti dan asisten peneliti yang bekerja secara bersamaan di Bulungan. CIFOR dan beberapa mitra kerjanya juga menerbitkan sebuah buku pedoman percobaan Reduced Impact Logging (RIL) yang disusun sebagai pedoman praktek lapangan.

Sebuah monograf yang diterbitkan oleh CIFOR, Pendapatan yang dihasilkan dari hutan ("Incomes from the Forest"), menawarkan suatu pelajaran yang berharga kepada para konservasionis, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), para pakar bidang pengembangan dan lainnya yang mengganggap hasil hutan non-kayu atau NTFP (Non-Timber Forest Product) sebagai bahan utama untuk memperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan. Salah satu studi meggambarkan adanya kekuatan dan kelemahan berbagai metoda yang selama ini digunakan dalam mempromosikan pengembangan NTFP. Buku tersebut juga menunjukkan bahwa disamping asumsi umum yang berlaku, perkembangan NTFP tidak harus menjamin adanya keuntungan baik dari segi konservasi maupun ekonomi.
 

Forum terbuka tentang Hutan untuk generasi yang akan datang ("Forest for the Next Generation") diadakan pada bulan April di United Nation University, Tokyo, bertepatan dengan pertemuan Dewan Pengawas CIFOR. Forum dihadiri oleh lebih dari 200 peserta berasal dari Jepang, dan bertujuan untuk meyakinkan donatur akan pentingnya dana bantuan luar negeri pemerintah Jepang di bidang penelitian pertanian. Pemerintah Jepang dalam hal ini merupakan penyandang dana terbesar bagi CIFOR.

Dalam kegiatan kerjasamanya dengan para peneliti dari Afrika Timur, Tengah dan Selatan, CIFOR telah memulai proyek jangka 4 tahun, didanai oleh Komisi Eropa (European Commission), bertujuan untuk membantu upaya pengawetan dan pengamanan "lahan-kayu miombo" (miombo woodlands) di bagian selatan dari benua tersebut. Hampir 40 juta orang tergantung pada keberadaan ekosistem tersebut untuk memperoleh bahan pangan, kayu bakar dan keperluan sehari-hari lainya, dan berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mengembangkan rencana pengelolaan lahan kayu ini secara lestari.
 

CIFOR memperoleh cukup banyak sorotan masyarakat sebagai sumber informasi ilmiah independen pada saat beberapa staf peneliti mengemukakan komentarnya di sejumlah media massa, radio dan televisi di seluruh dunia sehubungan dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia serta peristiwa kebakaran hutan di kawasan Asia Tenggara yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998. Selanjutnya CIFOR secara rutin menayangkan hasil pantauan terbaru melalui Web-sitenya.

Temuan baru CIFOR yang dihasilkan dari penelitian di beberapa negara Amerika Latin mengupayakan koreksi ide dasar tentang hutan sekunder ("a revise of basic ideas about secondary forest"). Pada umumnya hutan sekunder muncul setelah hutan primer ditebang. Hasil studi menunjukkan bahwa hutan sekunder ternyata mampu menyediakan berbagai produk yang biasanya diperoleh para petani kecil dari hutan primer, disamping keuntungan yang diberikan dari segi lingkungan. Hal ini mendorong perlunya suatu sistem insentif untuk meningkatkan nilai hutan sekunder bagi petani, sehingga dapat mengantisipasi hilangnya hutan primer akibat dibukanya lahan pertanian maupun peruntukan lainnya.
 

Pada pertemuan CIFOR dan UNESCO bulan Desember ini di Sumatera Utara, Indonesia, sejumlah pakar kehutanan dan keanekaragaman hayati yang berasal dari 20 negara bertemu untuk mendiskusikan pemecahan masalah dalam pengembangkan Konvensi Cagar Dunia atau "Worlds Heritage Convention" sebagai sarana dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati di hutan tropis. Kelompok ini mengajukan rekomendasi secara rinci dan mengusulkan daftar tambahan lokasi yang akan dipertimbangan untuk ditunjuk sebagai lokasi World Heritage.

 

Sebagai bagian dari strategi "centre without walls", CIFOR mendirikan kantor cabangnya di Belem, Brazil dan Harare. Keberadaan kantor cabang serta kegiatan utama penelitian di Costa Rica, Kamerun, Gabon dan lokasi lainnya semakin memperkokoh kerjasama CIFOR dengan mitra internationalnya di penjuru dunia.
 

Proyek yang dipelopori oleh CIFOR yaitu Kriteria dan Indikator "Criteria and Indicators (C&I)" atau dalam rangka menunjang pengelolaan hutan yang lestari telah memasuki akhir dari empat tahun tahap pertamanya. Banyak yang telah dicapai selama ini diantaranya yang paling penting adalah selesainya serangkaian instrumen pengumpulan data yang berlandaskan ilmu pengetahuan sosial termasuk "generic template" atau acuan umum, dalam bentuk CD-ROM yang dilengkapi petunjuk tahapannya sehingga dapat digunakan dalam mengembangkan C&I selanjutnya sesuai dengan keragaman kondisi hutan

Sebagai reaksi international terhadap bencana kebakaran hutan yang mucul secara periodik di kawasan Asia Tenggara, CIFOR bersama Departemen Dalam Negeri USA dan Lembaga Antariksa Eropa memulai suatu proyek yang bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengetahui penyebab kebakaran hutan serta merancang cara penananggulangan yang efektif. Dalam hal ini ilmuwan CIFOR banyak memberikan kontribusinya dalam sejumlah seminar tentang kebakaran serta pengembangan upaya penanggulangannya.
 

Seluruh publikasi yang dihasilkan sejak CIFOR didirikan berhasil dikompilasi untuk pertamakalinya dalam bentuk teks lengkap kedalam CD-ROM dan dapat diperoleh bebas tanpa dikenakan biaya. Sumber yang berisi informasi penting ini memuat daftar makalah dan artikel yang ditulis oleh staf CIFOR dan mitranya serta telah di terbitkan baik dalam bentuk jurnal internasional maupun buku.

CIFOR mengadakan kerjasama dengan Akademi International tentang Lingkungan di Jenewa dalam bentuk dialog kebijakan dalam menangani masalah yang berkaitan dengan penerapan "Kyoto Principle" pada hutan. Sehubungan dengan hal ini, CIFOR memberikan presentasinya pada sebuah pertemuan Intergovernmental Panel on Climate Change yang diselenggarakan pada akhir tahun ini. Selain itu pula staf CIFOR berusaha untuk mengembangkan gagasan penelitian baru tentang perdagangan layanan penjerapan karbon ("carbon sequestration") serta manfaatnya terhadap kelestarian hutan.