Peringatan Hari Jadi Cifor yang ke-5 pada bulan Mei 1993. Saat ini,
kantor pusat telah menempati kompleks barunya yang berlokasi di Bogor dengan didukung oleh
kurang lebih 40 orang tenaga peneliti internasional dan lebih dari 70 tenaga nasional.
Bangunan serta lingkungan perkantoran ini merupakan sumbangan dari pemerintah Indonesia. |
Sebuah
buku yang dianggap provokatif, Model Ekonomi Deforestasi di daerah Tropis: Sebuah
Kajian (Economic Models of Tropical Deforestation: A Review), banyak
menarik kalangan luas dengan kesimpulannya yang mengundang banyak pertanyaan tentang
sejumlah metodologi dan lebih dari 150 buah hasil model ekonomi deforestasi. Pengarang
buku ini menjelaskan bahwa penemuan tersebut sebaiknya dianggap secara skeptis karena
kualitas data yang kurang memadai serta lemahnya metodologi yang digunakan, dan
selanjutnya menghimbau kepada peneliti lainya khususnya di bidang yang sama untuk
melakukan pendekatan baru dalam kegiatan penelitiannya di masa mendatang. |
CIFOR ikut berperan serta dalam menyusun Agenda global di bidang
penelitian kehutanan pada pertemuan konsultasi tingkat international di Austria,
dimana para panel pakar mengajukan suatu gagasan dalam rangka memperbaiki kerjasama
dibidang informasi dan ilmu pengetahuan kehutanan. Pertemuan yang dikenal dengan ICRIS ini
merupakan acara "intersessional" dari Intergovernmental Forum on
Forest (IFF) yang disponsori oleh pemerintah Austria dan Indonesia. |
CIFOR telah meliwati masa evaluasi pertamanya menyangkut Pengelolaan
dan Program Eksternal, sebagai salah satu mandat yang di persyaratkan oleh CGIAR.
Delapan anggota panel pemeriksa memberikan komentar terhadap upaya keras serta kemajuan
pesat yang dicapai CIFOR dalam semua bidang kegiatannya, dan memberikan catatan khususnya
bahwa pusat penelitian ini telah berhasil mencapai reputasi yang patut dibanggakan sebagai
sumber informasi ilmiah. |
Menteri Kehutanan dan Perkebunan Indonesia yang baru, Dr. Muslimin
Nasution, masuk dalam jajaran Board of Trustee (BOT) atau Badan Pengawas CIFOR
selaku perwakilan pemerintah. Beliau dalam kunjungan resminya yang pertama di CIFOR
memberikan pengarahan tentang isu pokok penelitian di hutan tropis. Selanjutnya dalam
sebuah pertemuan yang diadakan CIFOR dengan topik "Hutan dan Masyarakat" beliau
juga menekankan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam setiap kegiatan pengelolaan
hutan |
Salah
satu kegiatan yang didanai CIFOR yaitu Studi tentang dinamika sektor bambu di China
("Study on the dynamic of Chinas bamboo sector") dinominasikan
untuk memperoleh penghargaan Chairmans CGIAR dalam bidang Penelitian
Kerjasama. Studi ini, yang berkerjasama dengan lembaga penelitian terkemuka di China,
menyangkal anggapan konvensional tentang bambu yang dianggap sebagai kayu untuk
orang-orang miskin, dan sebaliknya menyatakan bahwa bambu merupakan bahan yang dapat
dijadikan tumpuan harapan bagi pengembangan masyarakat pedesaan, sumber pendapatan dan
rehabilitasi lahan-lahan kurang produktif. |
Cifor menerbitkan "Sebuah telaah tentang Dipterocarpaceae:
Taksonomi, Ekologi dan Silvikultur" (A Review of Dipterocarps: Taxonomy, Ecology
and Silviculture), buku yang berisi kajian tentang salah satu jenis kayu tropis
komersial penting yang terkenal. Buku ini memuat ulasan yang berhasil dirangkum oleh 13
orang tenaga ahli internasional menyangkut hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
selama lebih dari 150 tahun |
Dalam
kerjasamanya dengan salah sebuah proyek penelitian di Madagaskar, CIFOR merumuskan suatu
konsep "Pengelolaan Bersama secara Adaptif" (program baru yang dikenal
sebagai Adaptive Co-Management). Pada akhir tahun, usulan ini disetujui oleh
Badan Pengawas dan akan digabungkan dengan proyek lainnya yang sudah ada di CIFOR untuk
mengembangkan program C&I serta upaya memperbaiki kehidupan masyarat di sekitar hutan.
Kegiatan di Madagaskar yang berkaitan dengan upaya penelitian secara menyeluruh dalam
rangka memperkokoh pengawasan hutan oleh masyarakat, menawarkan suatu kerangka kerja untuk
mengembangkan rencana yang lebih fleksibel dalam proses pengelolaan sumber daya alam
menggunakan alat temuan baru seperti "participatory mapping" (pemetaan
pola keikutsertaan). |
Pekerjaan lapangan yang mencakup kegiatan penelitian secara luas diadakan
di Wanariset Bulungan atau Bulungan Research Forest di Kalimantan Timur,
lokasi yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai sarana untuk melakukan kegiatan
penelitian yang diharapkan dapat mendukung pengelolaan hutan yang lestari. Dengan
ditunjukkan direktur baru untuk memimpin proyek tersebut maka diharapkan pada akhir tahun
ini sudah ada sekitar 30 orang peneliti dan asisten peneliti yang bekerja secara bersamaan
di Bulungan. CIFOR dan beberapa mitra kerjanya juga menerbitkan sebuah buku pedoman
percobaan Reduced Impact Logging (RIL) yang disusun sebagai pedoman praktek
lapangan. |
Sebuah
monograf yang diterbitkan oleh CIFOR, Pendapatan yang dihasilkan dari hutan ("Incomes
from the Forest"), menawarkan suatu pelajaran yang berharga kepada para
konservasionis, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), para pakar bidang pengembangan dan
lainnya yang mengganggap hasil hutan non-kayu atau NTFP (Non-Timber Forest Product)
sebagai bahan utama untuk memperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan. Salah satu studi
meggambarkan adanya kekuatan dan kelemahan berbagai metoda yang selama ini digunakan dalam
mempromosikan pengembangan NTFP. Buku tersebut juga menunjukkan bahwa disamping asumsi
umum yang berlaku, perkembangan NTFP tidak harus menjamin adanya keuntungan baik dari segi
konservasi maupun ekonomi. |
Forum terbuka tentang Hutan untuk generasi yang akan datang ("Forest
for the Next Generation") diadakan pada bulan April di United Nation
University, Tokyo, bertepatan dengan pertemuan Dewan Pengawas CIFOR. Forum dihadiri oleh
lebih dari 200 peserta berasal dari Jepang, dan bertujuan untuk meyakinkan donatur akan
pentingnya dana bantuan luar negeri pemerintah Jepang di bidang penelitian pertanian.
Pemerintah Jepang dalam hal ini merupakan penyandang dana terbesar bagi CIFOR. |
Dalam
kegiatan kerjasamanya dengan para peneliti dari Afrika Timur, Tengah dan Selatan, CIFOR
telah memulai proyek jangka 4 tahun, didanai oleh Komisi Eropa (European Commission),
bertujuan untuk membantu upaya pengawetan dan pengamanan "lahan-kayu miombo"
(miombo woodlands) di bagian selatan dari benua tersebut. Hampir 40 juta orang
tergantung pada keberadaan ekosistem tersebut untuk memperoleh bahan pangan, kayu bakar
dan keperluan sehari-hari lainya, dan berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka
mengembangkan rencana pengelolaan lahan kayu ini secara lestari. |
CIFOR memperoleh cukup banyak sorotan masyarakat sebagai sumber
informasi ilmiah independen pada saat beberapa staf peneliti mengemukakan komentarnya
di sejumlah media massa, radio dan televisi di seluruh dunia sehubungan dengan krisis
ekonomi yang melanda Indonesia serta peristiwa kebakaran hutan di kawasan Asia Tenggara
yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998. Selanjutnya CIFOR secara rutin menayangkan hasil
pantauan terbaru melalui Web-sitenya. |
Temuan
baru CIFOR yang dihasilkan dari penelitian di beberapa negara Amerika Latin mengupayakan koreksi
ide dasar tentang hutan sekunder ("a revise of basic ideas
about secondary forest"). Pada umumnya hutan sekunder muncul setelah hutan
primer ditebang. Hasil studi menunjukkan bahwa hutan sekunder ternyata mampu menyediakan
berbagai produk yang biasanya diperoleh para petani kecil dari hutan primer, disamping
keuntungan yang diberikan dari segi lingkungan. Hal ini mendorong perlunya suatu sistem
insentif untuk meningkatkan nilai hutan sekunder bagi petani, sehingga dapat
mengantisipasi hilangnya hutan primer akibat dibukanya lahan pertanian maupun peruntukan
lainnya. |
Pada pertemuan CIFOR dan UNESCO bulan Desember ini di Sumatera Utara,
Indonesia, sejumlah pakar kehutanan dan keanekaragaman hayati yang berasal dari 20 negara
bertemu untuk mendiskusikan pemecahan masalah dalam pengembangkan Konvensi Cagar Dunia
atau "Worlds Heritage Convention" sebagai sarana dalam upaya
konservasi keanekaragaman hayati di hutan tropis. Kelompok ini mengajukan rekomendasi
secara rinci dan mengusulkan daftar tambahan lokasi yang akan dipertimbangan untuk
ditunjuk sebagai lokasi World Heritage.
|
Sebagai
bagian dari strategi "centre without walls", CIFOR mendirikan
kantor cabangnya di Belem, Brazil dan Harare. Keberadaan kantor cabang serta kegiatan
utama penelitian di Costa Rica, Kamerun, Gabon dan lokasi lainnya semakin memperkokoh
kerjasama CIFOR dengan mitra internationalnya di penjuru dunia. |
Proyek yang dipelopori oleh CIFOR yaitu Kriteria dan Indikator "Criteria
and Indicators (C&I)" atau dalam rangka menunjang pengelolaan hutan yang
lestari telah memasuki akhir dari empat tahun tahap pertamanya. Banyak yang telah dicapai
selama ini diantaranya yang paling penting adalah selesainya serangkaian instrumen
pengumpulan data yang berlandaskan ilmu pengetahuan sosial termasuk "generic
template" atau acuan umum, dalam bentuk CD-ROM yang dilengkapi petunjuk
tahapannya sehingga dapat digunakan dalam mengembangkan C&I selanjutnya sesuai dengan
keragaman kondisi hutan |
Sebagai
reaksi international terhadap bencana kebakaran hutan yang mucul secara periodik di
kawasan Asia Tenggara, CIFOR bersama Departemen Dalam Negeri USA dan Lembaga Antariksa
Eropa memulai suatu proyek yang bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengetahui penyebab kebakaran hutan serta merancang cara penananggulangan yang efektif.
Dalam hal ini ilmuwan CIFOR banyak memberikan kontribusinya dalam sejumlah seminar tentang
kebakaran serta pengembangan upaya penanggulangannya. |
Seluruh publikasi yang dihasilkan sejak CIFOR didirikan berhasil
dikompilasi untuk pertamakalinya dalam bentuk teks lengkap kedalam CD-ROM dan dapat
diperoleh bebas tanpa dikenakan biaya. Sumber yang berisi informasi penting ini memuat
daftar makalah dan artikel yang ditulis oleh staf CIFOR dan mitranya serta telah di
terbitkan baik dalam bentuk jurnal internasional maupun buku. |
CIFOR
mengadakan kerjasama dengan Akademi International tentang Lingkungan di Jenewa dalam
bentuk dialog kebijakan dalam menangani masalah yang berkaitan dengan penerapan
"Kyoto Principle" pada hutan. Sehubungan dengan hal ini, CIFOR memberikan
presentasinya pada sebuah pertemuan Intergovernmental Panel on Climate Change yang
diselenggarakan pada akhir tahun ini. Selain itu pula staf CIFOR berusaha untuk
mengembangkan gagasan penelitian baru tentang perdagangan layanan penjerapan karbon
("carbon sequestration") serta manfaatnya terhadap kelestarian hutan. |