Rehabilitasi/restorasi kawasan pesisir yang melibatkan ekosistem mangrove untuk mitigasi perubahan iklim merupakan perjalanan panjang yang penuh risiko. Upaya ini memerlukan tatakelola dan kebijakan yang kuat dan menyeluruh yang melibatkan pemangku kepentingan dari tingkat nasional sampai sub-nasional. Kompleksitas kelembagaan dapat menjadi kendala birokrasi yang menghambat alur informasi dan pendanaan. Rehabilitasi/restorasi kawasan pesisir dan mangrove di dalam maupun di luar kawasan, khususnya yang terkait dengan tambak dan tanah timbul merupakan tantangan baru yang akan dihadapi dalam implementasi program ini. Karena itu perlu disederhanakan dengan mengedepankan akuntabilitas dan kredibilitas pihak yang terkait.
Mangrove blue carbon memiliki potensi yang besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim karena ekosistem ini memiliki cadangan karbon (carbon stocks) 3-5 kali lebih besar dari cadangan karbon hutan tropis yang dilindungi. Namun demikian tersimpannya karbon dalam jumlah yang besar ini merupakan proses yang kompleks dan panjang. Oleh karena itu mitigasi emisi harus lebih difokuskan pada konservasi hutan mangrove yang masih utuh. Upaya ini memiliki benefit-cost ratio nya yang tinggi dan jaminan mencapai tujuan penurunan emisi yang lebih baik. Selain itu, konservasi mangrove dapat membangkitkan kegiatan ekonomi yang berorientasi pada pemanfaatan jasa lingkungan yang diberikan mangrove.
Download:
DOI:
https://doi.org/10.17528/cifor-icraf/008791Altmetric score:
Dimensions Citation Count:
Publication year
2022
Authors
Murdiyarso, D.; Ambo-Rappe, R.
Language
Indonesian
Keywords
coastal areas, climate change, mitigation, ecological restoration, mangroves, ecosystem management
Geographic
Indonesia