CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Pengaruh Hambatan Permeabel terhadap Total Stok Karbon Ekosistem di Hutan Mangrove dan Tambak Terbengkalai di Kabupaten Demak

Export citation

Kabupaten Demak mengalami perubahan garis pantai yang parah akibat konversi masal hutan mangrove menjadi tambak budidaya. Oleh karena itu, Kabupaten Demak mengatasi masalah erosi pesisir dengan membangun penghalang permeabel yang memodelkan struktur akar mangrove. Studi ini mengamati pengaruh hambatan tersebut di zona pesisir dataran rendah Kabupaten Demak dalam konteks struktur hutan mangrove dan dinamika karbon (C). Struktur hutan ditunjukkan oleh kerapatan tegakan, luas bidang dasar, indeks ekologi (kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan), dominasi spesies, kesamaan komposisi spesies, dan penyebaran spesies. Dinamika C, yang dinyatakan sebagai stok karbon ekosistem total (TECS), dinilai dengan memperkirakan C pool dari biomassa di atas dan di bawah tanah, bahan organik mati, dan tanah. Studi ini menetapkan pengambilan sampel secara acak bertingkat untuk mengetahui struktur hutan mangrove dan TECS di hutan mangrove, tambak terbengkali, dan tambak produktif. Avicennia marina mendominasi sebagian besar hutan mangrove di Kabupaten Demak (INP = 155.44). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan pohon bervariasi dari 1378 ± 128 hingga 2244 ± 237 individu ha−1, sedangkan luas bidang dasar berkisar antara 9.29 ± 1.33 dan 13.56 ± 1.72 m2 ha−1. Secara statistik, hutan mangrove dengan atau tanpa perlindungan penghalang permeabel bervariasi pada kerapatan pohon tetapi tidak terlalu berbeda dalam hal luas bidang dasar. Studi ini juga menyoroti bahwa karbon di atas dan dibawah permukaan tanah tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap variasi TECS. Pada saat yang sama, nilai C yang rendah dalam bentuk nekromassa menyiratkan bahwa ukuran C yang terkandung besar pada tanah bertanggung jawab atas variasi yang besar pada TECS. Penelitian ini menemukan bahwa durasi penghalang permeabel di wilayah pesisir mempengaruhi ukuran C tanah yang ditangkap di lokasi mangrove, yaitu 618,84 ± 30,39 Mg C ha−1; 704,13 ± 17,73 Mg C ha−1; dan 759,88 ± 15,26 Mg C ha−1 masing-masing pada penghalang permeabel berusia 0-, 1-, dan 4 tahun. Analisis kritis TECS di lokasi mangrove, tambak terbengkalai (610,82 ± 29,31 Mg C ha−1), dan tambak produktif (735,57 ± 20,61 Mg C ha−1) menunjukkan bahwa memperkenalkan Avicennia sp. di garis pantai yang baru direklamasi akan memperkaya TECS. Selain itu, keberadaan penghalang permeabel pada tambak terbengkalai secara bertahap dapat menyediakan habitat untuk tumbuh bagi bibit mangrove yang ditemukan melimpah di Kecamatan Sayung. Dengan demikian, kondisi tersebut mampu meningkatkan kerapatan dan ketebalan tegakan mangrove yang berkontribusi pada terjaganya stabilitas alam pesisir di Kabupaten Demak.
    Publication year

    2020

    Authors

    Ardhani, T.S.P.

    Language

    Indonesian

    Keywords

    carbon sinks, mangroves, wetlands, ecosystem management, degraded land

    Geographic

    Indonesia

Related publications