Découvrez les évènements passés et à venir dans le monde entier et en ligne, qu’ils soient organisés par le CIFOR-ICRAF ou auxquels participent nos chercheurs.

CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Mangrove Distribution, Sedimentation, and Soil Carbon Accumulation in North Sumatra, Indonesia

Export citation

Sebagai negara dengan mangrove terkaya di dunia, Indonesia telah mengalami sejarah panjang perubahan hutan mangrove. Berdasarkan studi kami di pantai timur Provinsi Sumatra Utara, kami menemukan mangrove telah hilang sekitar 12.526 ha dalam kurun waktu 28 tahun antara 1990–2018, dimana konversi mangrove menjadi perkebunan kelapa sawit dan tambak adalah penyebab utama. Sebagai bagian dari lahan basah pesisir, mangrove memainkan peran penting dalam menyediakan jasa ekosistem, termasuk membangun tanah dengan memerangkap sedimen yang kaya karbon organik. Laju sedimentasi di ekosistem pesisir dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan ekosistem pesisir mengatasi dampak perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut (SLR). Laju sedimentasi atau laju akresi permukaan diduga dengan menggunakan aktivitas spesifik dari isotop radioaktif timbal (210Pb) dan dengan menerapkan model constant rate of supply (CRS). Laju sedimentasi adalah 5,62 ± 2,08 mm yr–1 di beting-pantai, 7,99 ± 1,73 mm yr–1 di garis pantai, dan 10,55 ± 2,45 mm yr–1 di interior pada hutan mangrove di Sumatra Utara. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan pesisir yang dilindungi dapat bertahan dari tren kenaikan muka air laut regional di Selat Malaka, yaitu 3,6 ± 1,6 mm yr–1 (dari data pengukuran pasang surut) dan 4,1 ± 1,9 mm yr–1 (dari data satelit). Secara umum, tren laju sedimentasi yang diperoleh juga mengikuti tren rata-rata SLR di Indonesia (4,4 ± 0,4 mm yr–1) dan kenaikan muka air laut global (GMSLR) (2,8 ± 0,4 mm yr–1) serta dengan skenario SLR (RCP2.6, RCP4.5, RCP6.0, dan RCP8.5) untuk akhir abad 21 (2081– 2100) yang dilaporkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC). Laju akumulasi karbon tanah berkisar dari 70,79 ± 11,40 g C m–2 yr–1 hingga 168,66 ± 50,61 g C m–2 yr–1, sedangkan cadangan karbon tanah (soil C stocks) rata-rata adalah 391,1 ± 38,4 Mg C ha–1. Temuan ini menunjukkan bahwa hutan mangrove di Sumatra Utara dapat dimasukkan ke dalam strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
    Publication year

    2018

    Authors

    Ginting, Y.R.S.

    Language

    Indonesian

    Keywords

    mangroves, sedimentation, soil carbon, emissions, climate change

    Geographic

    Indonesia

Related publications