s:3511:"TI Ketika kebun berupa hutan: agroforest khas Indonesia sebuah sumbangan masyarakat AU de Foresta H AU Kusworo, A. AU Michon G AU Djatmiko W AB Buku ini merupakan kompilasi artikel dan makalah yang dihasilkan rangkaian program-program penelitian mengenai sistem-sistem agroforestri yang dikembangkan masyarakat setempat di Indonesia.Penelitian pertama, disponsori Departemen Riset dan Teknologi (Perancis), dilakukan sejak Juli 1982 sampai Juni 1984 oleh sebuah tim multidisiplin dari Universitas Montpellier (USTL) dan Institut Pertanian Montpellier (ENSAM), yang mengkaji sosial-ekonomi, ekologi hutan, etnobotani dan agronomi, di bawah supervisi Professor F. Halle. Proyek ini, disebut “forest-garden project”, dimulai di Jawa Barat mempelajari agroforest desa di sekitar Bogor, daerah pedesaan yang berjarak 60 km dari Jakarta dengan tekanan kependudukan yang sangat tinggi dan ekonomi komersilnya maju pesat, dan kemudian di Sumatera untuk mempelajari lebih dalam sistem-sistem agroforestri yang lebih kompleks di dekat areal hutan alam: di Lampung Barat, areal hutan ditandai ekspansi sistem agroforest yang dipadukan dengan sawah, dan di Sumatera Barat, wilayah dengan tradisi persawahan di mana hutan alam masih bertahan dan dilindungi. Sementara itu, sebuah riset jangka pendek dilakukan BIOTROP Bogor pada agroforest damar Lampung.Penelitian gelombang kedua disponsori ORSTOM, SEAMEO-BIOTROP, dan Departemen Lingkungan Hidup (Perancis), dimulai di BIOTROP tahun 1990 hingga 1994. Sebuah program kerjasama BIOTROP dan ORSTOM* dibuat untuk lebih memahami keadaan, nilai, keuntungan dan potensi sistem-sistem agroforestri asli Indonesia, terutama dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati. Proyek ini mengumpulkan spesialis-spesialis ilmu tanaman dan hewan (ahli botani, mikologi, ornitologi, fauna tanah, dan mamalia) dan sosial ekonomi, untuk menghasilkan analisa menyeluruh dari tiga sistem agroforest di Sumatera. Satu tim dari Berlin University bergabung dengan tim ORSTOM-BIOTROP pada tahun 1991 dan melakukan kajian di Kalimantan Barat.Penelitian gelombang ketiga, disponsori Ford Foundation, Departemen Kehutanan, ICRAF, CIFOR, ITTO dan ORSTOM, sekarang ini masih berjalan. Perkembangan pesat terjadi sejak 1994 dengan pindahnya tim ORSTOM ke ICRAF, perkembangan program baru CIFOR, dan keterlibatan peneliti-peneliti Indonesia dari Universitas Indonesia, Puslitbang Kehutanan, dan dari LSM seperti Latin dan Watala. Gelombang ketiga ini ditandai dengan diversifikasi program-program riset dan pengembangan, mulai dari kajian mengenai sistem agroforestri asli untuk produksi kayu hingga kajian permasalahan-permasalahan kebijakan berkaitan dengan keberlanjutan sistemagroforest, juga strategi pengambilan keputusan pada desa-desa agroforest dan pemodelan dinamika agroforest.Kajian-kajian tentang agroforest dimulai dan dikembangkan oleh peneliti asing yang mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka dalam bahasa asing (Inggris dan Prancis). Ini memunculkan paradoks bahwa agroforest-agroforest Indonesia lebih dikenal oleh masyarakat internasional dibanding oleh orang Indonesia sendiri. Sementara itu sistem-sistem agroforest ini menghadapi berbagai permasalahan dan semakin banyak orang, dari kalangan pemerintah dan non-pemerintah pada tingkat lokal dan nasional, membutuhkan informasi mengenai agroforest-agroforest tersebut. Untuk itu sejak tahun 1993 mulai dilakukan penerjemahan dan penyebaran publikasi hasil-hasil penelitian agroforest bagi masyarakat Indonesia ";