CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Pengaruh lama perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan kopi monokultur terhadap jumlah pori makro tanah dan pergeseran kurva pF di Sumberjaya, Lampung Barat

Export citation

Kawasan hutan selain berfungsi sebagai penunjang budidaya sumber daya hutan, juga berfungsi sebagai penjaga konservasi tanah dan air. Saat ini kawasan hutan lindung di Sumberjaya masih banyak kegiatan pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan kopi, sehingga luas hutan di kecamatan ini semakin menurun. Dampak negatif yang cukup nyata dari pembukaan hutan adalah terjadinya degradasi struktur tanah yang ditandai dengan penurunan jumlah pori makro tanah dan kemampuan tanah menahan air. Fenomena ini yang mendasari dilakukannya penelitian mengenai pengaruh lama perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan kopi monokultur terhadap jumlah pori makro tanah dan kemampuan tanah menahan air. Tujuan dari penelitian ini adalah:( 1) Mengevaluasi pengaruh perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebuan kopi monokultur dan lahan yang mengalami longsoran (landslide) terhadap penurunan jumlah pori makro tanah dan kemampuan tanah menahan air yang digambarkan dengan pergeseran kurva pF. (2) Menguji hubungan kadar air tanah pada berbagai tingkatan pF(0-4.2) hasil pengukuran laboratorium dengan hasil simulasi pedotransfer (PTF's model Wosten et aI, 1998). Hipotesis yang diajukan adalah:( 1) Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan kopi monokultur dan terjadinya longsoran (landslide) menyebabkan penurunan jumlah pori makro tanah dan kemampuan tanah menahan air pada tanah lapisan atas yang di gambarkam dengan pergeseran kurva pF, namun jumlah pori makro tanah meningkat lagi dengan semakin dewasanya tanaman kopi. (2) Terdapat hubungan yang erat antara kadar air tanah pada berbagai tingkatan pF (0-4.2) hasil pengukuran laboratorium dengan hasil PTF's Wosten et al (1998). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2001 di Sumberjaya, Lampung Barat. Sedangkan analisa Laboratorium dilaksanakan pada bulan Juli- Desember 2001 di Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Brawijaya Malang. Parameter yang diamati adalah jumlah pori makro tanah dan kadar air tanah pada pF0-4.2 pada 6 perlakuan yaitu (l)hutan, (2)kopi 1th, (3)kopi 3th, (4)kopi 7th, (5)kopi 10th, (6)landslide. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragarn untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan dan dilanjutkan dengan uji BNT (taraf 0.05). Untuk mengetahui hubungan kadar air pada pF0-4.2 hasil pengukuran laboratorium dengan hasil simulasi PTF's Wosten et al (1998) dianalisis regresi. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan kopi monokultur berpengaruh nyata pada jumlah pori makro tanah secara vertikal, tetapi tidak berpengaruh nyata secara horisontal. Namun memiliki pola penurunan jumlah pori makro yang sarna. Hutan memiliki jumlah pori makro paling tinggi, kemudian menunm pada kopi 1 th dan terendah pada kopi 3th, tetapi pada kopi 7th dan 10th terjadi peningkatan jumlah pori makro tanah meskiplm masih lebih rendah dari pada hutan. Terjadinya landslide pada kopi 3th menyebabkan penurunan jumlah pori makro tanah, namun meningkat lagi seiring dengan semakin dewasanya tanaman kopi (10th). Larna peruballan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkeblman kopi monokultur juga berpengaruh nyata terhadap pergeseran kurva pF pada kedalaman 0-20cm dan 60-100cm, tetapi tidak berp engaruh nyata pada kedalaman 20-40cm dan 40-60cm. Pergeseran kurva pF pada kedalarnan 0-20cm terjadi pada pFI-2.5 dan kadar air tertinggi terjadi pada perlakuan kopi umur 1 tahun, sedangkan pada perlakuan lainnya memiliki kadar air yang relatif sama. Pergeseran kurva pF pada kedalaman 60-100cm terjadi pada pF0, pF2-2.5 dan kadar air tertinggi terjadi pada perlakuan kopi umur 3 tahun sedangkan perlakuan lainnya memiliki kadar air yang relatif sama. Pola penurunan kadar air tanah pada tingkatan pF0-4.2 antar perlakuan tidak menunjukkan pola yang jelas, diduga karena penggunaan contoh tanah utuh dalam ring yang berdiameter 5cm dan tinggi 5cm tidak dapat mewakili keadaan lahan yang sebenarnya. Terjadinya landslide pada kopi 3 tahun menyebabkan kemampuan tanah menahan air turun, namun terjadi peningkatan dengan semakin dewasanya tanaman kopi (l0 tahun) yang digambarkan dengan pergeseran kurva pF pada perlakuan landslide. Kadar air pada tingkatan pF0-4.2 hasil simulasi PTF's model Wosten et al (1998) rnemberikan hubungan keeratan yang tinggi dengan basil pengukuran laboratorium, namun lebih rendah dari pada hasil pengukuran laboratorium.
    Publication year

    2002

    Authors

    Aini Z Z

    Language

    Indonesian

    Geographic

    Indonesia

Related publications