CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Analisis limpasan permukaan pada berbagai umur kebun kopi di Sumber Jaya, Lampung Barat

Export citation

Konversi hutan menjadi lahan perkebunan di daerah Sumberjaya, Lampung Barat meningkat jumlahnya pada beberapa tahun terakhir ini. Sebagian besar hutan yang merupakan bagian dari hutan lindung dibuka dan kemudian dijadikan lahan perkebunan. Perkebunan di daerah ini didominasi oleh tanaman kopi. Peningkatan umur kebun/ tanaman kopi akan mempengaruhi besarnya limpasan permukaan. Penurunan limpasan permukaan akan terjadi dengan bertambahnya umur kebun/tanaman kopi akan berakibat pada kejadian erosi lahan. Kondisi kebun kopi monokultur 1, 3, 7 dan 10 tahun dijadikan fokus utama pada penelitian ini . Selain itu dipilih plot hutan sebagai kondisi kontrol dan pembanding terjadinya perubahan limpasan permukaan. Model WaNuLCAS (Water, Nutrient and Light Capture in Agroforestry System) dapat digunakan untuk mensintesis proses - proses penyerapan air, hara dan cahaya pada sistem agroforestri. WaNuLCAS disusun untuk dapat mensimulasikan berbagai sistem agroforestri pada berbagai kondisi lahan dan iklim. Penggunaan model ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui dan menduga perubahan limpasan permukaan yang terjadi dengan beragamnya kondisi lahan. Apabila dikumulatifkan, limpasan permukaan terendah terjadi pada perlakuan plot hutan sebesar 14.9 mm (4% dari total curah hujan) sedangkan nilai limpasan tertinggi terjadi pada plot kebun kopi berumur 3 tahun sebesar 109.4 mm (28% dari total curah hujan). Sedangkan kebun kopi 10 tahun menghasilkan kumulatif limpasan permukaan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan limpasan permukaan yang terjadi pada kebun kopi 7 tahun. Perubahan nilai intensitas hujan dan laju infiltrasi terhadap nilai limpasan permukaan pada model WaNuLCAS menunjukkan bahwa parameter ini sensitif dalam menangkap perubahan yang dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan limpasan permukaan dengan meningkatnya nilai intensitas hujan dan penurunan limpasan permukaan dengan meningkatnya nilai laju infiltrasi. Hasil simulasi model WaNuLCAS terhadap nilai limpasan permukaan memiliki kecenderungan pola dan range yang sama dengan hasil pengukuran lapang. Namun demikian bila dibandingkan untuk setiap kejadian hujan, nilai limpasan permukaan hasil simulasi masih cenderung berada di bawah nilai pengukuran lapang terutama pada nilai curah hujan < 50 mm. Hasil simulasi WaNuLCAS menunjukkan kenaikan limpasan permukaan pada skenario diberlakukannya soil dynamic. Kenaikan limpasan permukaan pada skenario ada soil dynamic sejalan dengan peningkatan nilai S_KStrucdecay. Limpasan permukaan hasil pengukuran lapang berada diantara nilai limpasan permukaan hasil simulasi model dengan kondisi tidak ada soil dynamic dengan ada soil dynamic dengan S_KStrucdecay 0.001.
    Publication year

    2001

    Authors

    Farida

    Language

    Indonesian

    Geographic

    Indonesia

Related publications