2 mm) lebih tinggi claripacla Peltophorum. Disamping itu kandungan C clan N akar serta "root turn over" Gliricidia lebih tinggi daripada Peltophorum. Sistem budidaya pag ar memberikan masukan yang jauh melebihi target minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan C tanah sebesar 2 %, namun hasil analisa C organik masih tergolong rendah yaitu berdasar 0.74-1.61%, dan diantara jenis tanaman pagar yang diuji tidak terjadi perbedaan yang nyata. Sedangkan dengan perhitungan C koreksi yaitu C organik yang telah dikoreksi dengan kandungan liat, debu serta pH, C tanah tergolong rendah-sedang 0.87-2.36%, dan tanaman pagar yang diuji masih tidak berpengaruh secara nyata. Dalam mempelajari dinamika bahan organik tanah C organik tanarnan tidak dapat menjelaskan status bahan organik tanah. Fraksionasi bahan organik tanah dapat menjelaskan status bahan organik tanah sebagai hasil dan masukan dari akar dan tajuk. Besarnya masukan akar dan tajuk menunjukkan hubungan tererat (R = 0.97) dengan fraksi ringan diikuti fraksi ringan + sedang (R = 0.73) dan tidak ada hubungan yang nyata dengan fraksi berat. Sistem budidaya pagar tidak selalu berakibat positif terhadap tanah, disisi lain sistem ini juga berpengaruh negatif yang berjalan bersarnaan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya produsi dari plot dengan tanaman pagar lebih rendah daripada plot kontrol. Namun demikian pada plot kontrol dengan hanya mengandalkan masukan dari sisa panen dan akar saja tidak akan mencukupi target masukan minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan C tanah sebesar 2 %, dan dengan jalannya waktu, produksi akan mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya C tanah. Oleh karena itu masukan dari tanaman pagar dalam sistem budidaya tanaman pagar mempunyal arti penting dalam mempertahankan produktivitas tanah. Campuran antara Peltophorum -Gliricidia dapat memberikan hasil terbaik dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya.">

CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Studi dinamika perakaran dan estimasi masukan C dan N dari akar tanaman serta pengaruhnya terhadap kandungan C tanah dalam sistem budidaya tanaman pagar

Export citation

Bahan organik tanah merupakan kunci dalam peningkatan atau penurunan kesuburan tanah. Konversi hutan menjadi lahan pertanian dapat menurunkan persediaan C organik tanah. Penurunan ini akan diikuti dengan penurunan produksi tanaman. Bahan organik tanah dapat dipertahankan dengan menambahkan masukan bahan organik. Untuk produksi tanaman yang berkelanjutan minimal C tanah harus dipertahankan sebesar 2%, dan untuk Itu dipedukan masukan bahan organik minimal sebesar 8.5 Mg ha-1 th-1 Sistem budidaya pagar merupakan budidaya yang memperpadukan antara tanarnan pohon dan tanaman pangan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui masukan bahan organik "in situ. Sumber bahan organik utama dalam sistem ini dapat berasal dari atas permukaan tanah (pangkasan, seresah, sisa panen) dan dari bawah permukaan tanah (akar tanaman). Besamya masukan C asal akar tanaman tergantung pada besamya masukan selama pertumbuhan (berat kering akar, Mg ha "root turn over" (umur paruh akar), kualitas masukan (nlsbah C/N, lignin, polifenol) serta letaknya dalam profil tanah. Penelitian IN bertujuan untuk studi dinamika perakaran tanaman pagar dan pangan, estimasi masukan C dan N asal akar tanaman dalam sistem budidaya pagar, serta mempelajari pengaruh masukan C asal akar tanaman pagar terhadap kandungan C tanah. Hal ini karena masih sedikitnya informasi mengenal masukan bahan organik asal akar dibandingkan masukan bahan organik dari atas permukaan tanah. Dengan mengambil hipotesis bahwa masukan C asal akar tanaman pagar lebih tinggi daripada tanarnan pangan dan masukan C yang tinggi diperoleh darl tanaman dengan "root turn over" (urnur paruh akar) yang tinggi. Teknik pengamatan yang digunakan untuk menetapkan masukan C dan N asal akar selama pertumbuhan tanaman yaitu dengan menggunakan minirhizotron yang dikombinasikan dengan metode penggalian "root trenching" disamping penetapan C dan N akar (%). Untuk mengetahul seberapa besar kontribusl C dalam sistem budidaya pagar terhadap C tanah dilakukan analisa C organik tanah, perhitungan C organik terkoreksi dan fraksionasi bahan organik tanah. Analisa ini dilakukan pada contoh yang diambil pada kedalaman 0-5 dan 5-15 cm. Peltophorum memiliki "root turn over lebih lama daripada GIiricidia, yaitu masing-masing 4 bulan dan 3,5 bulan, karena Peltophorum memiliki kualitas lebih rendah daripada GIiricidia (nisbah C/N, lignin, polifenol Peltophorum lebih tinggi daripada GIiricidia) sehingga "root turn over" lebih lama daripada Gliricidia. Sedang "root turn over"Jagung lebih pendek daripada tanaman pagar dan dibedakan atas lapisan atas dan lapisan bawah masing-masing yaitu 42 hari dan 60 hari. Akar tanaman pagar memberikan masukan C dan N lebih tinggi daripada tanaman pangan, karena kandungan C dan N (%) dan berat kering (Drv, mg CM-3 ) dalam akar tanarnan pagar jauh lebih tinggi daripada tanaman pangan, walaupun "root turn over" dari tanaman pangan lebih tinggi daripada tanaman pagar. GIiricidia memberikan masukan C dan N lebih tinggi daripada Peltophorum, karena Gliricidia memilild Drv (mg CM 3 ) akar halus dan akar diameter besar (> 2 mm) lebih tinggi claripacla Peltophorum. Disamping itu kandungan C clan N akar serta "root turn over" Gliricidia lebih tinggi daripada Peltophorum. Sistem budidaya pag ar memberikan masukan yang jauh melebihi target minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan C tanah sebesar 2 %, namun hasil analisa C organik masih tergolong rendah yaitu berdasar 0.74-1.61%, dan diantara jenis tanaman pagar yang diuji tidak terjadi perbedaan yang nyata. Sedangkan dengan perhitungan C koreksi yaitu C organik yang telah dikoreksi dengan kandungan liat, debu serta pH, C tanah tergolong rendah-sedang 0.87-2.36%, dan tanaman pagar yang diuji masih tidak berpengaruh secara nyata. Dalam mempelajari dinamika bahan organik tanah C organik tanarnan tidak dapat menjelaskan status bahan organik tanah. Fraksionasi bahan organik tanah dapat menjelaskan status bahan organik tanah sebagai hasil dan masukan dari akar dan tajuk. Besarnya masukan akar dan tajuk menunjukkan hubungan tererat (R = 0.97) dengan fraksi ringan diikuti fraksi ringan + sedang (R = 0.73) dan tidak ada hubungan yang nyata dengan fraksi berat. Sistem budidaya pagar tidak selalu berakibat positif terhadap tanah, disisi lain sistem ini juga berpengaruh negatif yang berjalan bersarnaan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya produsi dari plot dengan tanaman pagar lebih rendah daripada plot kontrol. Namun demikian pada plot kontrol dengan hanya mengandalkan masukan dari sisa panen dan akar saja tidak akan mencukupi target masukan minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan C tanah sebesar 2 %, dan dengan jalannya waktu, produksi akan mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya C tanah. Oleh karena itu masukan dari tanaman pagar dalam sistem budidaya tanaman pagar mempunyal arti penting dalam mempertahankan produktivitas tanah. Campuran antara Peltophorum -Gliricidia dapat memberikan hasil terbaik dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
    Publication year

    1999

    Authors

    Khasanah, N.M.

    Language

    Indonesian

    Geographic

    Indonesia

Related publications