Rabiatul Jannah. 9301040098-43. Hubungan Sifut Fisik Tanah dengan Perkembangan Perakarandan ProduksiTanamanJagung (Zeamays) pada Lahan Bekas Alang-Alang Setelah Ditanami Beberapa Tanarnan Penutup Tanah. Dibawah bimbingan Ir. Endang Ustyarhd, MS dai. Dr. Ir. Kurniatun Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia. Upaya pemanfhatan:nya seringkali clihadapkan kepada beberapa kendala kesuburan seperti kondisi tanah yang masarn derkgan pH di bawah 5, konsentrasi Al dan Fe yang tinggi, kandungan nutrisi yang rendah serta lapisan atas yang peka terhadap erosi. Kendala kesuburan ini mengakibafkan lahan ultisol sulit ditanami tanaman usaha pertanian tanpa usaha perbaikan sebelumnya. Kendala kesuburan ini hanya dapat ditolerir oleh tanaman alang-alang. Tanaman ini memiliki sifat allelhopathi dan memiliki akar rhizomn yang sulit untuk dibasmi sehingga berkembang menjadi gulma bagi tanaman pertanian, walaupun dari segi fisik tanaman ini berdampak positif karena memiliki. perakaran yang padat sehingga dapat meningkatkan segregasi dan retensi tanah terhadap air, selain seresahnya yang cukup besar hinga dapat menutupi pennukaan tanah dari erosi. Karena keuntungan dari segi fisik oleh alang-alang ini, tidak didukung oleh pengaruh terhadap sifat tanah yang lain, maka penanaman tanaman penutup tanah meupakan salah satu alternatif pengganti alang-alang, Tanaman penutup tanah yang akan dapat memberikan masukan bahan organik, perbaikan sifat fisik, kimia,biologi dan sekaligus dapat menekan pertumbuhan alang-alang karena. alang-alang agak toleran terhadap naungan. Akibat adanya perubahan sifat-sifat tanah ini diharapkan mampu mendukung perkembangan perakaran clan produksi tanaman budidaya. Berdasarkan fenomena diatas, penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di plot percobaan Proyek BMSF di Lampung Utara dengan waktu pengambilan contoh tanah dan tanaman pada pertengahan Pebruari 1997, Pada penelitian ini digunakan Chromolaena odorata, Peltophorum dasyrrachis, dan Pueraria phasoloides sebagai tanaman penutup tanah dengan kontrol Alang-alang (Imperata), sedangkan untuk tanaman indikator digunakan tanaman jagung (Zea mays),Contoh tanah diambil pada keadalwnan 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-40 cm sedangkan contoh akar tanaman diarnbil pada kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm. Uutuk analisa sifat fisik di Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Tanah Falcultas Portanian Unibraw dilaksanakan sejak awal Maret hingga pertengahan September 1997. Penelitian ini bertujuan untuk- mengetahui pengaruh positif Chromolaena, Peltophorum clan Neraria terhadap sifat fisik tanah pada lahan bekas Alang-alang ultisol dan pengaruh perubahan sifat fisik tanah tersebut terhadap perkembangan perakaran dan produksi j agung. Parameter fisik yang diukur meliputi bobot isi, porositas total, diameter massa rata-rata agregat, kadar air volumetrik, kapasitas air tersedia, konduktivitas hidroulik jenuh, ketahanan penetrasi dan sorptivitas tanah. Sedangkan parameter tanaman jagung yang diukur adalah total panjang akar pervolurne (Lrv), berat kering akar pervolwne (Drv), perbandingan total panjang akar dengan berat keringnya (1m), berat kering tajuk pada masa pertimibuhan optimum, berat kering tajuk saat panen dan berat kering tongkol. Dari hasil pengulcura n parameter fisik tanah ternyala masukan bahan organik dari Chromolaena. Peltophorum dan Pueraria tidak berpengaruh nyala (p>0.05) tediadap peningkatan porositas total, konduktivitas hidroulik jenuhs orptivitas 'tanah serta terhadap penumian bobot isi dan ketahanan penetrasi. Masukan bahan organik dari tanarnan penutup tersebut hanya. berpengaruh terhadap kadar air volunetrik pada pF 2.5 dan kapasitas air tersedia bagi tanamam Untuk kadar air volumetrik pada pF 2.5, perlakuan Alang-alang sebesar 29.7 % (kedalaman 0-10 cm) dan 30.7 % (kedalmnan 10-20 cin) menTakan nilai tertinggi dan terendah pada perialcuan Pueraria sebesar 23.5 % (kedalaman 0-10 cm) dan Chromolaena sebesar 26.8 % (kedalaman 10-20 cm). Sedangkan untuk kapasitas air tersedia nilai tertinggi diberikan oleh perlakuan Alang-alang sebesar 13.9 % (kedalmnan 0-10 cm) dan 14.6 % (kedalaman 10-20 cm), dan nilai terendah pada perlakuan Chromolaena sebesar 8.3 % (kedalaman 0-10 cm) dari perlakuan Peltophorum sebesar 8.1 %(kedalaman 10-20 cm). Akibat fidak berbedanya sebaran besar sifat fisik tanah akibat penanaman Chromolaena, Peltophorum dan Pueraria bila dibandingkan dengan Alang-alang, maka perkembangan perakaran dan produksi j agung masing-masing perlakuan pun tidak berbeda nyata (p>O. 05). Berdasarkan hasil. yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa total panjang akar jagung (Lrv) ditentukan oleh kapasitas air tersedia. (r = 0.677), KHJ (r - -0.899) dan ketahanan penetrasi (r = -0.990) sedangkan berat kering jagung ditentukan oleh ketahanan penetrasi (r = -0. 908). Produksi jagung pada. masa pertumbuhan optimum ditentukan oleh berat kering akar (r = 0.675), sedangkan pada saat panen, produkai tajuk banyak ditentukan oleh total panjang akar (r = 0.688) dan berat kering akar (r = 0.673). Berat kering ditentukan oleh total panj ang akar (r = 0. 773) dan berat kering akar (r = 0. 85 6).
Publication year
1988
Authors
Jannah R
Language
Indonesian
Geographic
Indonesia