CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Strategi Pelaksanaan Tata Guna Lahan Untuk Mendukung Pembangunan Rendah Emisi Di Kabupaten Musi Banyuasin

Export citation

Komitmen penurunan emisi Indonesia yang telah dijanjikan oleh Pemerintahan Indonesia melalui Presiden Joko Widodo dengan mentargetkan penurunan emisi hingga 29% dengan usaha sendiri dan hingga 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030 merupakan kelanjutan dari komitmen sebelumnya untuk melakukan penurunan emisi sebesar 26% pada tahun 2020. Beberapa skema kegiatan telah diluncurkan untuk menjawab komitmen tersebut seperti dikeluarkannnya Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan skema kegiatan yang baru saja dibuat adalah Nationally Determined Contribution (NDC).Sejalan dengan kebijakan tersebut, Kabupaten Musi Rawas sebagai bagian dari Provinsi Sumatera Selatan merasa memiliki peran strategis dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan inisiatif ini juga merupakan dukungan terhadap proses implementasi RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan. Bagi Kabupaten Musi Rawas, hal ini merupakan proses yang akan memperkuat proses perencanaan pembangunan yang responsif terhadap perubahan iklim dan berwawasan keberlanjutan (sustainability), yang belum semua daerah di Indonesia dapat melaksanaan proses ini.Proses perencanaan tata guna lahan ini melahirkan identifikasi perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Musi Banyuasin dari tahun 1990-2014. Perubahan tutupan lahan pada periode 1990-2000 didominasi oleh menurunnya luas tutupan hutan primer sekitar 300 ribu hektar dan hutan rawa primer yang berkurang sekitar 200ribu hektar. Pada periode 2000-2005 perubahan penggunaan lahan didominasi oleh perubahan penggunaan karet dan sawit serta menurunnya luasan hutan primer dan sekunder, sementara pada periode 2005-2010, perubahan tutupan lahan didominasi oleh meningkatnya luasan lahan monokultur karet sekitar 90 ribu hektar. Sedangkan pada periode 2010-2014, perubahan tutupan lahan didominasi dengan meningkatnya luas kebun karet sekitar 100 ribu hektar. Jika diamati lebih jauh terlihat adanya peningkatan luas penggunaan lahan monokultur dan berbagai penggunaan lahan intensif, misalnya permukiman, sementara luas hutan terus mengalami penurunan. Berdasarkan identifikasi penyebab perubahan penggunaan lahan diduga bahwa faktor keinginan untuk melakukan pengelolaan lahan intensif dan adanya kegiatan pembukaan perkebunan menjadi faktor dominan yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Musi Banyuasin.
    Publication year

    2016

    Authors

    Hijau E

    Language

    Indonesian

    Geographic

    Indonesia

Related publications