CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Preferensi Petani terhadap Topik Penyuluhan dan Penyebaran Informasi Agroforestri di Indonesia

Export citation

Agroforestri telah diterapkan oleh masyarakat di Indonesia sejak lama menggunakan cara-cara tradisional. Berbagai penelitian mengenai agroforestri telah banyak dihasilkan, baik oleh lembagalembaga penelitian dalam dan luar negeri. The World Agroforestry Centre (ICRAF), adalah salah satu lembaga penelitian internasional di bidang agroforestri. Salah satu proyek penelitian yang dilakukan atas dana dari Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) - FST 2012-039 adalah proyek penelitian pengembangan produksi, strategi pemasaran kayu dan hasil hutan bukan kayu (KANOPPI). Hasil-hasil penelitian tersebut kemudian disebarkan kepada petani melalui pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani agroforestri di berbagai tempat di Indonesia. Tingkat adopsi petani terhadap informasi atau pengetahuan yang diberikan melalui pelatihan akan tergantung pada ketertarikan petani terhadap topik yang diberikan, jika petani tertarik pada topik tersebut maka petani akan menyebarkannya ke petani lainnya. Untuk itu, pada Maret-Juni 2016, studi ini dilakukan untuk mengetahui preferensi petani terhadap topik pelatihan atau penyuluhan dan proses penyebaran informasi dilakukan di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat; Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Wawancara semi terstruktur dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kesukaan petani terhadap topik pelatihan, penerimaan petani terhadap teknologi baru agroforestri, dan materi pelatihan atau penyuluhan yang diharapkan oleh petani. Evaluasi oleh peserta pelatihan terhadap kegiatan pelatihan dan penyuluhan juga dilakukan untuk mendapatkan masukan sebagai bahan perbaikan pelatihan atau penyuluhan agroforestri di masa yang akan datang. Wawancara dilakukan terhadap 110 petani sebagai responden, yang terdiri dari 56 responden yang merupakan peserta pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan oleh tim proyek Kanoppi, dan 54 responden non peserta pelatihan yang tidak mengikuti pelatihan yang diberikan oleh tim Kanoppi, 29% dari total responden adalah perempuan. Responden dipilih secara acak dari peserta pelatihan atau penyuluhan agroforestri dan kehutanan yang dilakukan di masing-masing kabupaten setahun sebelumnya dan petani bukan peserta pelatihan. Data dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani di ketiga kabupaten menyukai penyuluhan agroforestri yang lebih terfokus pada topik silvikultur, pengelolaan kebun agroforestri dan pemasaran hasil agroforestri. Kesukaan petani terhadap topik penyuluhan tersebut berbeda-beda tergantung pada lokasi dan gender. Dalam hal penyebaran informasi, penyuluh masih memiliki peran penting bagi petani sebagai sumber informasi. Perempuan yang mempunyai akses lebih rendah terhadap penyuluh, mengandalkan keluarga, kelompok tani dan petani unggul sebagai sumber informasi. Di daerah yang lebih terpencil seperti Nusa Tenggara, memiliki sumber informasi lebih sedikit dibandingkan dengan daerah yang lebih maju seperti di Gunungkidul, DI Yogyakarta. Sumber informasi yang terpercaya, teknologi sederhana dan tepat sasaran mempengaruhi proses adopsi teknologi yang diperkenalkan pada petani. Sebagai perbaikan, pengemasan pelatihan atau penyuluhan agroforestri di ketiga kabupaten lebih difokuskan pada produksi, pemasaran hasil hutan kayu dan bukan kayu dengan memperhatikan latar belakang peserta, metode, materi, waktu dan durasi pelatihan atau penyuluhan

Related publications