CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Kajian karakteristik dan dampak lingkungan kegiatan petani sekitar hutan

Export citation

Pemanfaatan sumberdaya hutan perlu dilakukan dengan memperhatikan prinsip kelestarian. Pemanfaatan hutan dengan mengkonversinya menjadi kebun kopi akan menyebabkan fungsi hutan sebagai pencegah erosi menjadi berkurang. Apalagi jika konversi kawasan hutan ini dilakukan pada daerah hulu DAS, yang merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 15%. DAS Way Besai adalah salah satu DAS yang mengalami tekanan akibat kepadatan penduduk. DAS Way Besai mulai dibuka pada jaman kolonial Belanda yaitu pada tahun 1905, dan terus berlanjut baik melalui program transmigrasi umum maupun transmigrasi lokal. Akibat kedatangan penduduk secara bergelombang ini, pembukaan kawasan hutan dalam wilayah DAS Way Besai semakin meluas. Etnis utama yang mendiami kawasan DAS Way Besai adalah Jawa, Sunda dan Semendo, yang ketiganya hidup berdampingan akan tetapi letak rumah masing-masing etnis berkumpul dan berdekatan antara sesama etnis. Proses interaksi antar etnis berlangsung lama dan memerlukan bantuan pihak ketiga untuk mempercepatnya. Etnis Jawa dan Sunda pada umumnya memelihara kebun kopinya sendiri, sedangkan entis Semendo menggunakan tenaga upahan (bujangan) untuk menjaga dan memelihara kebun kopinya. Tipe kebun kopi yang diusahakan dibedakan atas: (1) kebun kopi dengan pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi bersih dari rumput dan serasah, dan ada guludan (PPBrG); (2) kebun kopi dengan pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi tidak bersih dari rumput dan serasah, dan ada guludan (PPtBrG); (3) kebun kopi dengan pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi bersih dari rumput dan serasah, dan tidak ada guludan (PPBrtG); (4) kebun kopi dengan pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi tidak bersih dari rumput dan serasah, dan tidak ada guludan (PPtBrtG); (5) kebun kopi tidak ada pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi bersih dari rumput dan serasah, dan ada guludan (tPPBrG); (6) kebun kopi tidak ada pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi tidak bersih dari rumput dan serasah, dan ada guludan (tPPtBrG); (7) kebun kopi tidak ada pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi bersih dari rumput dan serasah, dan tidak ada guludan (tPPBrtG); (8) kebun kopi tidak ada pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi tidak bersih dari rumput dan serasah, dan tidak ada guludan (tPPtBrtG). Tipe kebun kopi dengan pohon penaung, bersih dari serasah dan rumput serta berguludan mengakibatkan persen aliran permukaan dan total erosi yang paling kecil.
    Publication year

    2000

    Authors

    Masjud Y

    Language

    Indonesian

    Keywords

    development, fields, methods, sediment, watersheds

    Geographic

    Indonesia

Related publications