CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Jenis-jenis Kelelawar Agroforest Sumatera

Export citation

Kelelawar merupakan salah satu jenis mamalia yang dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian suatu ekosistem. Perannya sebagai pemencar biji, pemakan serangga dan penyerbuktidak dapat diabaikan, karena berfungsi dalam mengatur dan mengendalikan ekosistem. Kehilangan salah satu peran tersebut akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu. Inventarisasi mengenai jenis-jenis kelelawar telah banyak dilakukan di Indonesia. Suyanto (2001) melaporkan bahwa kekayaan jenis kelelawar di Sumatera mencapai 68 jenis dari 35 Marga. Sebanyak 46 jenis dari 6 Marga yang terdiri dari 70% Microchiroptera dan 30% Megachiroptera ditemukan di Provinsi Sumatera Utara dan Jambi. Buku ini menyajikan deskripsi jenis-jenis kelelawar yang ditemukan di kedua provinsi tersebut pada beberapa tipe penggunaan lahan yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun karet monokultur, kebun karet agroforest dan kebun pekarangan yang diamati pada periode antara tahun 2005 - 2011.Metode survei cepat untuk biodiversitas (Quick Biodiversity Survey/QBS) yang dikembangkan oleh World Argoforestry Centre (ICRAF) digunakan dalam survei kelelawar di lima kabupaten yaitu Bungo dan Merangin (Provinsi Jambi), Simalungun, Asahan, Tapanuli Utara (Provinsi Sumatera Utara). Pada metode ini, pengamatan kelelawar dilakukan dengan membuat transek sepanjang satu kilometer dan memasang perangkap berupa jaring kabut (mist net) untuk menjebak kelelawar di semua lokasi penelitian kecuali pada kabupaten Merangin (Jambi) karena pada lokasi ini, perangkap yang digunakan adalah perangkap harpa.Hasil survei cepat ini disajikan dalam bentuk deskripsi kelelawar yang dilengkapi dengan fotofoto yang menunjukkan ciri khas dari tiap jenis agar dapat memberikan gambaran pemahaman mengenai jenis-jenis kelelawar yang ditemukan. Selain itu, perannya dalam ekosistem, areal persebarannya, habitat dan status kelangkaannya juga disajikan dalam buku ini sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam mengelola sistem penggunaan lahan yang mempertimbangkan aspek-aspek konservasi.

Related publications