CIFOR-ICRAF berfokus pada tantangan-tantangan dan peluang lokal dalam memberikan solusi global untuk hutan, bentang alam, masyarakat, dan Bumi kita

Kami menyediakan bukti-bukti serta solusi untuk mentransformasikan bagaimana lahan dimanfaatkan dan makanan diproduksi: melindungi dan memperbaiki ekosistem, merespons iklim global, malnutrisi, keanekaragaman hayati dan krisis disertifikasi. Ringkasnya, kami berupaya untuk mendukung kehidupan yang lebih baik.

CIFOR-ICRAF menerbitkan lebih dari 750 publikasi setiap tahunnya mengenai agroforestri, hutan dan perubahan iklim, restorasi bentang alam, pemenuhan hak-hak, kebijakan hutan dan masih banyak lagi – juga tersedia dalam berbagai bahasa..

CIFOR-ICRAF berfokus pada tantangan-tantangan dan peluang lokal dalam memberikan solusi global untuk hutan, bentang alam, masyarakat, dan Bumi kita

Kami menyediakan bukti-bukti serta solusi untuk mentransformasikan bagaimana lahan dimanfaatkan dan makanan diproduksi: melindungi dan memperbaiki ekosistem, merespons iklim global, malnutrisi, keanekaragaman hayati dan krisis disertifikasi. Ringkasnya, kami berupaya untuk mendukung kehidupan yang lebih baik.

CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Liputan media

Liputan media

Sitasi riset dan peneliti CIFOR-ICRAF digunakan sebagai sumber berita global sekitar 3.000 kali setiap tahun. Arsip berita (link).

Setiap Negara Didesak Hentikan Deforestasi

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto yang hadir mewakili Indonesia di Kongres Kehutanan Dunia Ke-15 menyampaikan, Indonesia terus melakukan sejumlah aksi korektif untuk mempertahankan kelestarian hutan.Aksi tersebut antara lain mengembangkan perhutanan sosial, penanaman hutan yang melibatkan pelaku usaha, serta penghentian izin baru di hutan primer dan gambut.

Hingga Januari 2022, program perhutanan sosial telah mencapai 4,9 juta hektar dan terbentuk 8.154 kelompok usaha yang sebagian besar mengelola kawasan hutan dengan pola agroforestri.Diproyeksikan pada 2024 areal perhutanan sosial dapat mencapai lebih dari 8 juta hektar dari total target seluas 12,7 juta hektar.

Terkait dengan upaya lainnya, kata Agus, setiap tahun pemerintah melakukan rehabilitasi hutan seluas 200.000 hektar. Upaya ini didukung dengan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan pelaku usaha dengan luas mencapai 100.000hektar setiap tahun.

Selain itu, Indonesia juga telah menghentikan izin baru hutan primer dan lahan gambut sebagai upaya mempertahankan tutupan hutan tersisa. Di sisi lain, pemerintah telah memberlakukan moratorium pembukaan hutan untuk perluasan kebun sawit beserta evaluasinya. Dari evaluasi ini, sekitar 1 juta hektar areal yang bernilai konservasi tinggi di perkebunan sawit tetap dipertahankan sebagai kawasan hutan.

Bantu pemulihan

Laporan SOFO ini diperbarui setiap dua tahun berdasarkan penelitian dan data kehutanan terbaru. Studi ini menyimpulkan bahwa pemulihan global berakar pada hutan.

Pepohonan dan hutan dapat membantu dunia pulih dari pandemi Covid-19 dan guncangan ekonomi terkait, selain memerangi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Diperkirakan lebih dari setengah produk domestik bruto dunia, 84,4 triliun dollar AS (Rp 1,2 kuintiliun) pada tahun 2020, bergantung pada jasa ekosistem, termasuk yang disediakan hutan.

Laporan ini merinci tindakan yang telah lama dipromosikan oleh CIFOR-ICRAF, yaitu peta jalan keuangan yang direkomendasikan untuk pembuat kebijakan dan sektor swasta.

Laporan ini antara lain disusun beberapa ilmuwan dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional dan Agroforestri Dunia (CIFOR-ICRAF).

”Meskipun laporan terbaru ini tidak mengejutkan dalam hal penelitiannya, laporan ini merinci tindakan yang telah lama dipromosikan CIFOR-ICRAF, yaitu peta jalan keuangan yang direkomendasikan untuk pembuat kebijakan dan sektor swasta,” kata Robert Nasi, Direktur Pelaksana CIFOR-ICRAF, dalam siaran pers Rabu.
Read more on Kompas.id