CIFOR-ICRAF berfokus pada tantangan-tantangan dan peluang lokal dalam memberikan solusi global untuk hutan, bentang alam, masyarakat, dan Bumi kita

Kami menyediakan bukti-bukti serta solusi untuk mentransformasikan bagaimana lahan dimanfaatkan dan makanan diproduksi: melindungi dan memperbaiki ekosistem, merespons iklim global, malnutrisi, keanekaragaman hayati dan krisis disertifikasi. Ringkasnya, kami berupaya untuk mendukung kehidupan yang lebih baik.

CIFOR-ICRAF menerbitkan lebih dari 750 publikasi setiap tahunnya mengenai agroforestri, hutan dan perubahan iklim, restorasi bentang alam, pemenuhan hak-hak, kebijakan hutan dan masih banyak lagi – juga tersedia dalam berbagai bahasa..

CIFOR-ICRAF berfokus pada tantangan-tantangan dan peluang lokal dalam memberikan solusi global untuk hutan, bentang alam, masyarakat, dan Bumi kita

Kami menyediakan bukti-bukti serta solusi untuk mentransformasikan bagaimana lahan dimanfaatkan dan makanan diproduksi: melindungi dan memperbaiki ekosistem, merespons iklim global, malnutrisi, keanekaragaman hayati dan krisis disertifikasi. Ringkasnya, kami berupaya untuk mendukung kehidupan yang lebih baik.

CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Liputan media

Liputan media

Sitasi riset dan peneliti CIFOR-ICRAF digunakan sebagai sumber berita global sekitar 3.000 kali setiap tahun. Arsip berita (link).

Bappenas Targetkan Pemulihan 1,6 Juta Ha Gambut hingga 2024

Photo by Ulet Ifansasti/CIFOR-ICRAF
Profesor IPB University sekaligus Principal Scientist Center for International Forestry Research (CIFOR), Daniel Murdiyarso menjelaskan konservasi lahan basah berbeda dengan hutan pada umumnya. Lahan basah butuh waktu lebih lama untuk terbentuk, bila dibandingkan dengan lahan kering seperti hutan. Daniel bahkan pernah menemukan gambut berusia 13.500 tahun.

“Jadi kenapa konservasi itu penting? Karena ini barang antik. Rusaknya mangrove dan gambut yang tidak dikonservasi berarti peradaban juga rusak. Kita bangsa Austronesia identik dengan mangrove,” jelasnya.  Pengelolaan mangrove dan gambut ini tidak berhenti hingga 2024. Strategi ini akan diinternalisasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.  Terdapat empat aspek utama yang akan disasar, mulai dari meningkatkan tutupan lahan, menurunkan emisi gas rumah kaca, mempertahankan keanekaragaman hayati, dan meningkatkan perekonomian.
Read more on katadata