CIFOR-ICRAF berfokus pada tantangan-tantangan dan peluang lokal dalam memberikan solusi global untuk hutan, bentang alam, masyarakat, dan Bumi kita

Kami menyediakan bukti-bukti serta solusi untuk mentransformasikan bagaimana lahan dimanfaatkan dan makanan diproduksi: melindungi dan memperbaiki ekosistem, merespons iklim global, malnutrisi, keanekaragaman hayati dan krisis disertifikasi. Ringkasnya, kami berupaya untuk mendukung kehidupan yang lebih baik.

CIFOR-ICRAF menerbitkan lebih dari 750 publikasi setiap tahunnya mengenai agroforestri, hutan dan perubahan iklim, restorasi bentang alam, pemenuhan hak-hak, kebijakan hutan dan masih banyak lagi – juga tersedia dalam berbagai bahasa..

CIFOR-ICRAF berfokus pada tantangan-tantangan dan peluang lokal dalam memberikan solusi global untuk hutan, bentang alam, masyarakat, dan Bumi kita

Kami menyediakan bukti-bukti serta solusi untuk mentransformasikan bagaimana lahan dimanfaatkan dan makanan diproduksi: melindungi dan memperbaiki ekosistem, merespons iklim global, malnutrisi, keanekaragaman hayati dan krisis disertifikasi. Ringkasnya, kami berupaya untuk mendukung kehidupan yang lebih baik.

CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Pengendalian alang-alang dengan pola agroforestri [Conversion of Imperata grasslands through agroforestry

Ekspor kutipan

Lahan alang-alang (Imperata cylindrica) dikategorikan sebagai lahan yang telah terdegradasi, biasanya terjadi akibat pembukaan hutan untuk memenuhi kebutuhan akan lahan pertanian dan perkebunan. Telah banyak cara yang dilakukan oleh petani untuk merehabilitasi lahan alang-alang baik secara mekanis maupun secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Namun cara pengendalian yang dilakukan petani tergantung pada kemampuan modal dari petani itu sendiri. Cara biologi dengan menggunakan pohon sebagai naungan dalam sistem agroforestri telah dicoba untuk merehabilitasi lahan alang-alang. Cara ini relatif murah dan tidak merusak lingkungan serta dapat memelihara kesuburan lahan sehingga dapat menciptakan kondisi pertanian yang berkesinambungan. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa tanaman Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium dapat menghambat pertumbuhan alang-alang, tetapi belum dapat digunakan untuk mereklamasi. Penelitian lanjutan dilakukan dengan menggunakan naungan buatan 55%, 75%, 88% dan tanpa naungan sebagai kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa sampai 8 bulan pengamatan, biomas alang-alang pada naungan 88% hanya tinggal 0.3 kg m-2. Naungan 88% lebih efektif dalam menekan pertumbuhan alang-alang dibanding naungan 55%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka survei lanjutan dilakukan untuk mencari sistem agroforestri yang umum dilakukan petani di Lampung Utara dan Way Kanan. Dari survei tersebut ditemukan beberapa jenis pohon yang diharapkan dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan alang-alang berdasarkan pada kemampuan penaungannya. Sistem agroforestri karet dan Acacia mangium bisa memberi harapan karena pada umur + 7 tahun dengan basal area batang 10 cm2 m-2 penetrasi cahaya berkisar 20%.
    Tahun publikasi

    2002

    Penulis

    Purnomosidhi P; Rahayu, S.

    Bahasa

    Indonesian

    Kata kunci

    agroforestry, biological activity in soil, grasslands, soil fertility

    Geografis

    Indonesia

Publikasi terkait