SIAK (HR) – Indonesia Country Director CIFOR-ICRAF (pusat penelitian kehutanan Internasional) lakukan pencegahan kebakaran dan restorasi gambut berbasis masyarakat di kabupaten Siak. Hal ini terlihat saat kunjungan Lapangan lokakarya media Rabu (30/11).
Riset Aksi Partisipatif Sejak 2018 hingga 2020, Temasek Foundation (TF) dan Singapore Cooperation Enterprise (SCE) mendukung CIFOR dan mitra, PSB UNRI, untuk memfasilitasi pengembangan model pencegahan kebakaran dan restorasi lahan gambut berbasis masyarakat di Desa Dompas, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Proyek Riset Aksi Partisipatif (RAP) ini merupakan tahap pertama dari program yang lebih besar yang bertujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang restorasi hutan dan lahan gambut dengan mengubah perilaku masyarakat untuk menghindari penggunaan api dalam penyiapan lahan tanpa mengurangi produksi dan pendapatan pertanian.
RAP telah menunjukkan keberhasilan awal di Desa Dompas, di mana masyarakat dibekali dengan peningkatan pengetahuan, teknik, keterampilan manajerial dan jaringan, sehingga selanjutnya masyarakat dapat menjadi penggerak aksi lebih lanjut.
Melihat keberhasilan tersebut, Pemerintah Kabupaten Siak mengundang CIFOR dan para mitra, PSB UNRI dan Sedagho Siak, untuk meningkatkan dan memperluas upaya pencegahan kebakaran dan restorasi lahan gambut berbasis masyarakat ke Kabupaten Siak.
Melalui sejumlah diskusi, CIFOR dan para mitra menyusun strategi bagaimana merintis pendekatan RAP di Kabupaten Siak untuk berkontribusi terhadap Inisiatif Siak Hijau.
Ada peluang untuk meningkatkan model ini ke seluruh Provinsi Riau sebagai bagian dari komitmen terhadap program Riau Hijau di tahun 2019-2024.
CIFOR dan para mitra mendukung transformasi sosial perilaku perubahan masyarakat melalui:
Meninjau praktik terbaik berbasis masyarakat dalam pencegahan kebakaran dan restorasi lahan gambut.
Projek lider Prof Dr Herry Purnomo Guru Besar IPB Universty mengatakan Riset aksi partisipatif ini terdiri dari empat fase, yaitu Fase Refleksi, Perencanaan, Aksi, dan Monitoring.
“Pada setiap fase, CIFOR dan para mitra memfasilitasi proses pembelajaran yang melibatkan pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak lainnya, ucapnya.
“Hasil kujungan lokakarya Media Kita Bersama CIFOR kita melihat memang belum menghasilkan namun progres yang sudah kita lakukan sudah 70 persen. Kita sudah membangun sekat kanal untuk lokasi dan tanaman yang kita tanam sudah mulai tumbuh dengan baik, ya karena baru berumur sekitar 3 bulan maka belum menghasilkan . Namun apa yang kita lihat tanam sudah baik tumbuhnya. Kita tidak akan terhenti sampai disini kita akan terus monitoring kepada kelompok kelompok tani agar yang kita lakukan menghasilkan” sebutnya.
Yusniti kelompok ibuk ibuk di Desa Kayu Ara menanam Jahe merah mengatakan, dari pelatihan yang diberikan CIFOR, mereka memilih tanam Jahe karena mudah dipasarkan.
“Kami ibuk ibuk sudah memiliki ide untuk jahe nantik akan kami produksi langsung menjadi minuman jahe yang bisa kami pasarkan daerah kami.
“Alhandulilah Jahe me-rah kita sudah tumbuh dengan baik. jika tidak ada halangan enam bulan ke depan sudah bisa dipanen” sebutnya.***
Source: Haluan Riau