CIFOR-ICRAF aborda retos y oportunidades locales y, al mismo tiempo, ofrece soluciones a los problemas globales relacionados con los bosques, los paisajes, las personas y el planeta.

Aportamos evidencia empírica y soluciones prácticas para transformar el uso de la tierra y la producción de alimentos: conservando y restaurando ecosistemas, respondiendo a las crisis globales del clima, la malnutrición, la pérdida de biodiversidad y la desertificación. En resumen, mejorando la vida de las personas.

CIFOR-ICRAF produce cada año más de 750 publicaciones sobre agroforestería, bosques y cambio climático, restauración de paisajes, derechos, políticas forestales y mucho más, y en varios idiomas. .

CIFOR-ICRAF aborda retos y oportunidades locales y, al mismo tiempo, ofrece soluciones a los problemas globales relacionados con los bosques, los paisajes, las personas y el planeta.

Aportamos evidencia empírica y soluciones prácticas para transformar el uso de la tierra y la producción de alimentos: conservando y restaurando ecosistemas, respondiendo a las crisis globales del clima, la malnutrición, la pérdida de biodiversidad y la desertificación. En resumen, mejorando la vida de las personas.

CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Panduan Teknik Pembuatan dan Pencelupan Pasta Indigo (Pewarna Alami Tenunan) Untuk Skala Rumah Tangga

Exportar la cita

Kain tenun merupakan hasil budaya dan tradisi khas masyarakat Nusa TenggaraTimur. Hampir di semua wilayah dan pulau di provinsi ini mulai dari Sumba, Flores, Sabu, Rote, Lembata, Alor dan Timor menghasilkan kain tenun yang cantik dengan ragam motif yang berbeda. Ragam warna dari hitam, biru, coklat, merah hingga kuning menjadi ciri khas kain tenun Kepulauan Nusa Tenggara Timur.Pewarna alami menjadi ciri khas kain-kain tenun tersebut sekaligus menjadi penentu dari kualitas kain tenun itu sendiri. Para penenun kebanyakan menghasilkan sendiri pewarna alami tersebut dari berbagai tanaman yang secara alami tumbuh di wilayah mereka. Tanaman taum atau yang dikenal dengan Indigofera sp. merupakan tanaman yang menghasilkan warna biru yang kuat. Sudah menjadi tradisi bahwa tanaman ini digunakan sebagai pewarna alami oleh masyarakat di Nusa Tenggara Timur untuk mewarnai benang tenun. Taum merupakan tanaman legum yang berbentuk perdu. Masyarakat di Nusa Tenggara Timur mengenal ada dua sampai tiga jenis tanaman Taum yang dibedakan dari bentuk polong (buah) dan tinggi tanaman. Tanaman taum dengan batang tinggi (sekira 2,5 meter) dengan bentuk polong bengkok yang dikenal sebagai Indigofera suffruticosa dan tanaman taum dengan batang lebih rendah (sampai dengan 1 meter) dengan bentuk polong lurus, yang disebut Indigo feratinctoria. Pewarnaan biru yang menggunakan tanaman taum biasanya hanya dapat dilakukan pada akhir musim penghujan. Pada masa ini, tanaman taum sudah cukup masak (tua) dan mudah ditemukan. Pada akhir musim kemarau tanaman taum sulit diperoleh karena sebagian besar tanaman sudah mati dan kering. Pada saat itu, penenun mengalami kesulitan mendapatkan tanaman taum. Kurangnya pasokan benang biru berpengaruh pada produksi kain tenun yang dihasilkan saat musim kemarau. Sementara itu, pada musim kemarau penenun justru memiliki banyak waktu karena tidak bekerja di sektor pertanian. Perlu ada upaya memenuhi kebutuhan penenun terhadap pewarna biru pada musim kemarau. Salah satu cara adalah dengan mengawetkan zat pewarna biru (indigo) yang terdapat pada tanaman taum, ketika tanaman taum masih banyak ditemui pada akhir musim penghujan. Mengolah tanaman taum menjadi pasta indigo merupakan salah satu cara memperoleh warna biru dan mengawetkannya. Sehingga diharapkan pada musim kemarau penenun memiliki bahan pewarna biru untuk benang tenun mereka. Buku panduan ini merupakan hasil catatan proses lokakarya pembuatan pasta indigo yang dilakukan oleh Treads of Life di Desa Abidan Desa Bosen, Timor Tengah Selatan pada tanggal 23-25 Mei 2016 dan di Ubud, Bali pada tanggal 12-16 September 2016. Lokakarya pertama di Timor Tengah Selatan diikuti oleh petani dan penenun dari Desa Abi, Desa Tetaf, Desa Oel Ekam dan Desa Bosen Timor Tengah Selatan, dan lokakarya kedua di Ubud, Bali diikuti oleh pencelup dan penenun dari Sumba, Sabu, Lembata, Timor, Nusa Penida, dan Sintang. Tujuan penyusunan buku panduan ini untuk membantu peserta lokakarya dalam mengingat dan mempraktikkan pembuatan pasta indigo dan menggunakannya dalam pewarnaan benang tenun secara mandiri.

Publicaciones relacionadas